ANALISIS SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan adalah bagian dari perencanaan yang akan selalu dihadapi oleh setiap pengelola suatu usaha. Pihak berwenang akan memilih alternatif terbaik dari yang tersedia. Tetapi pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menentukan alternatif yang terbaik. Untuk suatu persoalan yang sederhana menentukan alternatif mungkin dapat dilakukan tanpa banyak mengalamai kesulitan, tetapi untuk sistim yang kompleks diperlukan metode tertentu untuk menghadapinya. Dalam konsep sistim tersedia metodologi untuk menghadapi persoalan di atas, yaitu analisis sistim yang pada garis besarnya adalah menganalisis dan memecahkan masalah pengambilan keputusan dengan memilih alternatif yang terbaik, dengan melihat sumber daya yang diperlukan dibandingkan manfaat yang akan diperoleh, termasuk pengkajian resiko yang mungkin dihadapi. Pemilihan di atas dilakukan dengan simulasi, atau metode matematis yang lain sebelum memberi kesimpulan dan mengambil keputusan berdasarkan judgment (penilaian) atas dasar pengalaman. (Soeharto Imam,1995).
Pada tahap pertama, adalah formulasi
atau merumuskan ide yang timbul. Awal dari ide tersebut dapat berupa konsep,
kemudian dikembangkan dengan member-kan penjelasan perihal
tujuan,lingkup, resiko dan lain-lain. Tahap berikutnya adalah penelitian yang
mengumpulkan dan mempelajari data dan informasi perihal gagasan tersebut. Pada
tahap ini komponen sistem dan hubungan diantaranya diidentifikasi, kemudian
sumber daya yang diperlukan dan antisipasi hambatan yang mungkin timbul
diperkirakan. Selanjutnya, alternatif untuk mencapai tujuan yang dimaksud
disajikan.
DASAR TEORI PERENCANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN
Perencanaan tebal perkerasan jalan baru, peningkatan maupun rehabilitasi jalan umumnya dapat dibedakan atas 2 metode yaitu:
a. Metode Analisa Komponen SKBI. 2.3.26.1987 UDC:625.73
Metode Analisa Komponen SKBI.2.3.36.1987 UDT : 625.73 merupakan metode yang bersumber dari dari metode AASHTO’72 dan modifikasi sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia dan merupakan penyempurnaan dari Buku Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya No.01/PD /B/1983. Dengan demikian rumus dasar metode ini diambil dari rumus – rumus dasar metode AASHTO’72 revisi 1982. Adapun prosedur Perencanaan Tebal Perkerasan sebagai mana ditunjukkan di dalam gambar 2.
b. Metode
Giroud - Han dari USA, Tahun 2004
Metode Giroud – Han ( USA)/2004, ini merupakan metode yang bersumber dari The American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.Yang dipublikasikan lagi dengan judul Subgrade Improvement for Paved and Unpaved Surfaces Using Geogrids oleh Stephen Archer, PE edisi Oktober 2008. Didalam perencanaan konstruksi perkerasan jalan dengan metode ini merupakan pengembangan dari metode sebelumnya yaitu metode: Giroud dan Noiray (1981) dan Giroud et al. ( 1985)., dimana dalam metode ini dikembangkan tentang penggunaan geosynthetic, untuk perbaikan subgrade/ tanah dasar sebagai pondasi konstruksi jalan.
Metode ini dipergunakan untuk Perumusan teori Disain lapisan konstruksi perkesaran jalan dengan geosynthetic, ditemukan oleh , J.P. Giroud, Ph.D., dan Jie Han, Ph.D., yang diterbitkan The American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.
Rumus berikut digunakan untuk memperkirakan ketebalan lapisan pondasi base course yang diperlukan ( h) untuk serviceability guna mendukung tanah dasar akibat beban kendaraan. Di dalam penggunaan rumus ini, pihak perencana dapat menghitung ketebalan lapisan base course dengan ketebalan ( h):
Rumus : Giroud-Han(2004)
c. Metode ZTVE StB dari Jerman , Tahun 1994
Metode ZTVE StB(
Jerman)/1994, ini merupakan metode yang bersumber dari terjemahan
Artikel langsung dari paper yang diterbitkan dengan judul ‘Dimensionierung
von Oberbauten von Verkehrsflächen unter Einsatz von multifunktionalen Geogrids
zur Stabilisierung des Untergrundes’ yang diperkenalkan di konferensi on
geosynthetics ‘Kunststoffe in der Geotechnik’, di Technical
University Munich, March 1999. Dimuat lagi dalam Jurnal Teknologi dengan
judul Design methods for roads reinforced with multifunctional geogrid composites
for subbase stabilization oleh N. Meyer, Fachhochschule Frankfurt am Main,
Germany, dan J.M. Elias, Colbond Geosynthetics, Arnhem, the Netherlands,
dimana dalam metode ini dikembangkan tentang penggunaan geosynthetic,
untuk perbaikan subgrade/tanah dasar sebagai pondasi konstruksi jalan,
sekaligus perhitungan angka keamanan (safety factor), terhadap hasil
perencanaan perhitungan tebal perkerasan konstruksi jalan. Untuk
mendisain konstruksi lapisan permukaan jalan di Jerman
menggunakan metode/program standar RSTO 86/89. Desain jalan pada umumnya menggunakan
konstruksi beberapa lapisan dengan ketebalan berbeda, total ketebalan lapisan
konstruksi jalan dihitung keseluruhan dalam metode ini, tetapi lapisan
permukaan tidak mempunyai pengaruh terhadap bearing kapasitas, dan hanya berfungsi untuk menyebar beban.
Gambar 3 Situasi Gaya dan Tekanan Pada Lapisan Konstruksi Perkerasan
Jalan
Catatan:
Panduan analisa harga satuan(PAHS) merupakan buku panduan dalam pembuatan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) atau Owner’s Estimate bagi unsur pelaksana pengadaan jasa konstruksi.
Analisis Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Bobot masing-masing level kriteria didapat dari kuesioner yang diisi oleh responden yang memiliki latar belakang pendidikan teknis sipil dan berpengalaman dibidangnya, terdiri dari :Kepala Dinas PU. Kab. Lamongan , Pejabat Teknis Eselon III, dan Pejabat Teknis Eselon IV di Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan yang mempunyai kewenangan, dan kebijakan mengambil keputusan dalam hal menentukan Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan yang akan diterapkan, penentuan dilakukan penyebaran kuesioner AHP pada responden. Jumlah responden sebanyak 7 responden. Nilai yang dipakai dalam pembobotan berpasangan ini adalah nilai rata-rata geometri responden yang dibulatkan ke atas
Sebagai contoh perhitungan, perbandingan berpasangan matriks pada level kriteria yang didapatkan dari hasil survei adalah skala nilai perbandingan berpasangan berdasarkan goal sebagai berikut: Jika nilai elemen yang dibandingkan sangatdekat satu sama lain, penggunaan skala 1.1, 1.2 hingga 1.9 dapat digunakan.
Jumlah pertanyaan perbandingan berpasangan adalah n(n-1)/2 karena saling berbalikan dan diagonalnya selalu bernilai satu. Responden yang jawabannya tertera pada table 1 menyatakan bahwa faktor-faktor untuk memilih kompetensi kontraktor sangat penting dibandingkan Jenis pondasi(base course)
Sumber : https://darmadi18.files.wordpress.com/2014/04/roposal-analisis-keputusan-pemilihan-konstruksi-perkerasan-jalan-dengan-metode-analytic-hierarchy-process.
Pengambilan keputusan adalah bagian dari perencanaan yang akan selalu dihadapi oleh setiap pengelola suatu usaha. Pihak berwenang akan memilih alternatif terbaik dari yang tersedia. Tetapi pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menentukan alternatif yang terbaik. Untuk suatu persoalan yang sederhana menentukan alternatif mungkin dapat dilakukan tanpa banyak mengalamai kesulitan, tetapi untuk sistim yang kompleks diperlukan metode tertentu untuk menghadapinya. Dalam konsep sistim tersedia metodologi untuk menghadapi persoalan di atas, yaitu analisis sistim yang pada garis besarnya adalah menganalisis dan memecahkan masalah pengambilan keputusan dengan memilih alternatif yang terbaik, dengan melihat sumber daya yang diperlukan dibandingkan manfaat yang akan diperoleh, termasuk pengkajian resiko yang mungkin dihadapi. Pemilihan di atas dilakukan dengan simulasi, atau metode matematis yang lain sebelum memberi kesimpulan dan mengambil keputusan berdasarkan judgment (penilaian) atas dasar pengalaman. (Soeharto Imam,1995).
Analisis sistem adalah proses
mempelajari suatu kegiatan, lazimnya dengan cara-cara matematis, untuk
menentukan (mengambil keputusan) tujuan, kemudian menyusun prosedur operasi
dalam rangka mencapai tujuan tersebut secara efisien. Dalam perkembangan selanjutnya,
analisis sistem ini tidak hanya menggunakan cara matematis tetapi juga non
matematis. Untuk membantu dan memudahkan pengambilan keputusan, analisis system
acap kali mempergunakan model. Model ini dapat berbentuk fisik, formulasi
matematika, atau program komputer. Proses analisis system
terdiri dari dari beberapa tahap, yaitu formulasi, penelitian,
analisis/kesimpulan, dan verifikasi, seperti terlihat pada gambar 1
Gambar 1 Proses Analisis Sistem
Sumber :Imam
Suharto (1995)
Periode selanjutnya, adalah tahap
analisis yang membuahkan kesimpulan. Pada tahap ini umumnya dibuat model untuk
membandingkan alternatif-alternatif, yang hasilnya diajukan kepada yang
berwenang untuk diambil keputusan. Tahap akhir adalah verifikasi, disini kesimpulan yang
telah diambil diuji coba dalam praktek atau penggunaannya secara nyata, dengan
demikian akan diketahui kebenaran atau kekurangan kesimpulan yang telah
diambil.
Dari proses diatas terlihat bahwa
metode analisis sistem relatif memerlukan waktu untuk menyelesaikan langkah-
langkah yang diperlukan sebelum sampai kepada suatu kesimpulan,tetapi
menyajikan suatu cara yang logis dan konsisten.Oleh karena itu, apabila yang
dihadapi adalah pemilihan berbagai macam alternatif,maka metode ini dapat
menghasilkan keputusan yang lebih akurat dibandingkan pertim-bangan
yang bersifat intuitif/pengalaman.
Perencanaan tebal perkerasan jalan baru, peningkatan maupun rehabilitasi jalan umumnya dapat dibedakan atas 2 metode yaitu:
- Metode empiris, metode ini dikembang-kan berdasarkan pengalaman dan penelitian dari jalan-jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan yang sudah ada.
- Metode teoritis, metode ini dikembang-kan berdasarkan teori matematis dari sifat tegangan dan regangan pada lapisan perkerasan akibat beban berulang dari lalu lintas.
Dalam penelitian ini untuk
perencanaan tebal perkerasan jalan digunakan 3 (tiga) metode empiris yaitu
Metode Analisa Komponen SKBI. 2.3.26.1987 UDC:625.73, Metode Giroud-Han dari
USA, Tahun 2004, dan Metode Analisa ZTVE StB dari Jerman, Tahun 1994
a. Metode Analisa Komponen SKBI. 2.3.26.1987 UDC:625.73
Metode Analisa Komponen SKBI.2.3.36.1987 UDT : 625.73 merupakan metode yang bersumber dari dari metode AASHTO’72 dan modifikasi sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia dan merupakan penyempurnaan dari Buku Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya No.01/PD /B/1983. Dengan demikian rumus dasar metode ini diambil dari rumus – rumus dasar metode AASHTO’72 revisi 1982. Adapun prosedur Perencanaan Tebal Perkerasan sebagai mana ditunjukkan di dalam gambar 2.
Sumber : Dirjen
Bina Marga
Metode Giroud – Han ( USA)/2004, ini merupakan metode yang bersumber dari The American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.Yang dipublikasikan lagi dengan judul Subgrade Improvement for Paved and Unpaved Surfaces Using Geogrids oleh Stephen Archer, PE edisi Oktober 2008. Didalam perencanaan konstruksi perkerasan jalan dengan metode ini merupakan pengembangan dari metode sebelumnya yaitu metode: Giroud dan Noiray (1981) dan Giroud et al. ( 1985)., dimana dalam metode ini dikembangkan tentang penggunaan geosynthetic, untuk perbaikan subgrade/ tanah dasar sebagai pondasi konstruksi jalan.
Metode ini dipergunakan untuk Perumusan teori Disain lapisan konstruksi perkesaran jalan dengan geosynthetic, ditemukan oleh , J.P. Giroud, Ph.D., dan Jie Han, Ph.D., yang diterbitkan The American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.
Rumus berikut digunakan untuk memperkirakan ketebalan lapisan pondasi base course yang diperlukan ( h) untuk serviceability guna mendukung tanah dasar akibat beban kendaraan. Di dalam penggunaan rumus ini, pihak perencana dapat menghitung ketebalan lapisan base course dengan ketebalan ( h):
Rumus : Giroud-Han(2004)
Sumber : The American Society of
Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental
Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.
dimana
:
‘h
= Ketebalan lapisan base course (m)
J
= Stabilitas Modulus Geogrid ( m – N/degree)
N =
Jumlah kendaraan sumbu terberat
P =
Beban Kendaraan ( kN)
‘r
= Luas bidang sentuh roda kendaraan (m)
CBRsg
= California bearing ratio (CBR)
subgrade soil
CBRbc
= CBR base course
s = tebal minimum urugan base course (102mm)
fs = factor equal 75 mm
fc = factor equal 30 kPa
Nc = bearing capacity factor, dimana
Nc = 3.14 dan J = 0 untuk unreinforced base course;
Nc = 5.14
J = 0 untuk geotextile-reinforced base course; Nc = 5.71
J =0.32 m-N/degree untuk Tensar BX1100-reinforced base
course;
Nc
= 5.71
J = 0.65 m-N/degree untuk Tensar BX1200- reinforced base
course.
Sumber : The
American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and
GeoenvironmentalEngineering(2004)
Lapisan bagian atas menyangkut total
struktur jalan elastis, yang dianggap sebagai isotropis
dan berfungsi menyebarkan beban roda. Tidak punya pengaruh terhadap bearing
kapasitas (daya dukung). Konstruksi lapisan permukaan dihitung menggunakan
aspal. Dalam hal ini beban disebarkan ke semua arah sudut, sebagai
lapisan atas (top layer) dan memiliki density tinggi. Untuk mengecek
apakah struktur sudah kuat/stabil secara keseluruhan sesuai umur rencana
jalan, bearing capacity (kapasitas daya dukung) maksimum urugan lapisan
badan jalan dan daya dukung tanah dasar (sub soil harus dihitung dan harus
dibandingkan dengan kondisi tekanan( stresses) kenyataan.
Faktor keamanan (FS) untuk mengecek
kesetabilan adalah:
dimana :
Pf
=
Tekanan pada lapisan urugan (base
course)
Py
=
Daya dukung lapisan urugan(base
course)
Pe,s
=
Total tekanan pada lapisan
tanah dasar
Pu
=
Daya dukung tanah dasar
Faktor Safety.
1(FS 1)
· Metode desain mengasumsikan lapisan permukaan elastis,
yang tidak mempunyai efek pada kekakuan total struktur. Dalam kenyataan
dilapangan tentu saja permukaan jalan (surface) memberikan kekuatan
tambahan
· Compaction
(pemadatan) lapisan base course (fill) yang berisi butiran kerikil kecil
mungkin dapat menaikkan nilai daya dukung urugan sampai batas maksimum, dan
terbatas atau tidak ada settlement urugan
Faktor Safety.
2 (FS 2)
Selama umur rencana konstruksi
jalan, persamaan differensial setlemen boleh terjadi dilapisan subsoil (tanah
dasar) yang memiliki nilai CBR rendah, dan akibat beban dynamic roda kendaraan.
Geogrid dapat menaikkan nilai daya dukung tanah dasar, dan mengurangi
settelmen, mekanisme kegagalan yang paling kritis. Karenanya harus memiiki
faktor keselamatan lebih tinggi.
Untuk memberi nilai – nilai FS
1 dan FS sesuai tingkat keamanan .Mereka berpedoman pengalaman dan
refrensi lain dan boleh juga sesuai dengan pilihan factor keamanan
para perencana masing – masing, para perancang boleh memilih untuk mengadopsi
factor keselamatan tergantung penerapan standar baku di negara–negara
masing-masing.
d. Panduan
Analisa Harga Satuan No.008/BM/2008 oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen
Pekerjaan Umum tahun 2008
Panduan analisa harga satuan(PAHS) merupakan buku panduan dalam pembuatan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) atau Owner’s Estimate bagi unsur pelaksana pengadaan jasa konstruksi.
Analisa harga satuan ini menguraikan
suatu perhitungan harga satuan bahan dan pekerjaan yang secara teknis dirinci
secara detail berdasarkan suatu metode kerja dan asumsi-asumsi yang sesuai
dengan yang diuraikan dalam suatu spesifikasi teknis, gambar disain dan
komponen harga satuan, baik untuk kegiatan rehabilitasi/ pemeliharaan, maupun
peningkatan jalan dan jembatan
e. Metode Analytical Hierarchy Process(AHP)
Analytical Hierarchy Process(AHP) merupakan metode yang dikembangkan oleh Prof.Thomas L.Saaty
dan dipublikasikan pada tahun 1980 dapat memecahkan masalah yang komplek,
dimana kriteria dan alternatif yang diambil cukup banyak. Juga kompleksitas ini
disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas.
Metode AHP adalah suatu teknik
pengambilan keputusan yang memasukkan kriteria ganda baik yang bersifat nyata
maupun tidak nyata, kuantitatif maupun kualitatif yang memperhitungkan juga
adanya konflik ataupun perbedaan-perbedaan pendapat. Aplikasi AHP telah meluas
dan tidak saja digunakan dalam bidang teknik, manajemen , dan bisnis.AHP juga
mulai dikenal oleh para analis yang umumnya memberikan support bagi
pemerintah dalam penentuan kebijakannya.
Kelebihan metode Analytical
Hierarchy Process dibandingkan metode lainnya adalah :
- Dapat menentukan prioritas kebijakan tidak hanya dengan penilaian kuantutatif, tetapi juga dengan penilaian kualitatif;
- Mengurangi ambiguitas tujuan dan mengurangi potensi konflik antara tujuan ,spesifikasi , dan target;
- Dapat mengidentifikasi tujuan tersem-bunyi yang mungkin bertentangan satu sama lain dengan menampakkan bobot dari masing-masing kriteria;
- Dapat mengidentifikasi kriteria yang digunakan dalam beberapa tingkat;
- Mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap penilaian kriteria;
- Mempunyai analisa konsistensi sehingga penilaian yang tidak konsisten dapat dieliminer hingga sampai rasio yang ditolelir (10 %).
Metode Penelitian
a. Rancangan
Penelitian
Adapun kerangka pemikiran yang
melandasi konseptual dalam penelitian ini berdasarkan dokumentasi, pengamatan
dari hasil kajian pustaka secara teori dan fakta yang bermanfaat sebagai alur
pemikiran sistim analisis keputusan dalam pemilihan konstruksi perkerasan
jalan.
b. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian untuk
metode Analitychal Hierarchy Process (AHP) ini dari responden yang
memiliki latar belakang pendidikan teknik sipil,yang diambil dari Kepala Dinas,
Pejabat Teknis Eselon III, dan Pejabat Teknis Eselon IV di Lingkungan Dinas PU.
Bina Marga Kab. Lamongan yang mempunyai kewenangan, dan kebijakan mengambil
keputusan dalam hal menentukan Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan yang akan
diterapkan, penentuan dilakukan penyebaran kuesioner AHP pada responden.
Pemilihan responden Pejabat Eselon didasarkan atas beberapa hal, yaitu :- Responden yang mengerti dan pengalaman tentang permasalahan teknis perencanaan konstruksi perkerasan jalan.
- Responden yang mengerti atau paham mengenai kondisi Jalan di Kabupaten Lamongan.
- Responden yang berpengaruh pada kebijakan untuk menentukan jenis konstruksi perkerasan jalan di Kabupaten Lamongan
Pemilihan jenis konstruksi
perkerasan jalan harus selalu memperhatikan kompleksitas kriteria-kriteria dan
pilihan alternatif-alternatif konstruksi jalan yang akan diterapkan pada
perencanaan. Hal ini menyebabkan adanya kecenderungan semakin rumitnya
persoalan yang harus dikaji dan diselesaikan terkait dengan pemilihan jenis
konstruksi perkerasan jalan.
Dalam kondisi demikian,solusi yang
ideal dapat diperoleh dengan melakukan kajian antar kriteria
untuk mendapatkan tujuan terbaik yang masih diterima oleh pengambilan
keputusan(decision maker). Untuk itu diperlukan suatu strategi dan
prosedur yang sistimatis untuk analisis dan evaluasi berbagai alternatif
penyelesaian persoalan yang mungkin dapat ditempuh.
Proses pengambilan keputusan
merupakan proses penyelesain masalah terkait dengan upaya pemilihan beberapa
alternative pada cakupan pertimbangan criteria yang kompleks.Proses ini dimulai
dengan identifikasi persoalan secara runtut. Selanjutnya adalah menetapkan
kategori dan melakukan kuantifikasi tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang
telah ditetapkan akan menentukan langkah atau tindakan untuk memperoleh
penyelesaian persoalan.
Salah satu metode dalam pengambilan
keputusan adalah analytical hierarchy process yang disingkat AHP.Metode
AHP ini berperan dalam menstrukturkan kriteria -kriteria yang ada untuk
suatu masalah pengambilan keputusan dengan banyak kriteria. Pengambilan
keputusan perlu menentukan tingkat kepentingan antara kriteria-kriteria yang ada
dengan memban-dingkan semua kombinasi kriteria yang mungkin. Selanjutnya
disusun suatu matrik hubungan relatif nilai kepentingan dari
kriteria-kriteria yang ada. Selanjutnya urutan prioritas/rangking dari kriteria
dapat disusun dengan mencari eigenvektor matrik tersebut.
Tiap alternatif
diuji konsekuensi- konsekuensi (outcomes) yang ditimbulkan kemudian
dinilai dengan masing-masing kriteria. Sehingga tiap alternatif
mempunyai nilai untuk semua kriteria. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan
dengan bobot kriteria tersebut dari hasil analisis eigen vektormatriks
hubungan relatif nilai kepentingan diatas. Jumlah nilai setelah perkalian ini
adalah nilai akhir alternatif tindakan tersebut. Pengambilan
keputusan selanjutnya memilih alternatif tindakan yang paling tinggi
nilainya.
d. Kriteria-kriteria
Pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan
Adapun kriteria-kriteria yang diguna-kan
sebagai bahan pertimbangan pengam-bilan keputusan ini
merupakan hasil dari observasi, interview/wawancara langsung dengan pihak
Kepala Dinas, Pejabat Eselon III, dan Pejabat Eselon IV, maupun staf teknis di
Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan, adalah
sebagai berikut:
1.
Kriteria Kompetensi Penyedia Jasa/
Kontraktor
2.
Kriteria Jenis material alam yang akan
digunakan sebagai material konstruksi jalan
3.
Kriteria Kemampuan Dana Anggaran/
Biaya Pemerintah Daerah Kab. Lamongan;
4.
Kriteria Methode Pelaksanaan
5.
Kriteria Pengendalian dan Pengawasan
6.
Kriteria Pasca Pelaksanaan
konstruksi
e. Alternatif-Alternatif
jenis konstruksi perkerasan jalan
Berikut ini adalah
alternatif-alternatif jenis konstruksi perkerasan jalan yang dapat dipilih oleh
pengambil keputusan dan kebijakan yang dapat diterapkan di Dinas PU. Bina
Marga Kab. Lamongan.
1.
Konstruksi Laston - Agregat A -
Agregat B;
2.
Konstruksi Laston - Deltu+ Semen(Soil
Cement);
3.
Konstruksi Beton(CBC) - Deltu;
4.
Konstruksi Laston - Agregat B -
Geotextile;
5.
Konstruksi Laston - Deltu+
Semen(Soil Cement) - Geotextile;
Sedangkan untuk perhitungan biaya
menggunakan Panduan analisa harga satuan No.008/BM/2008 oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga.
f. Pembuatan
Struktur Hierarki Model AHP
Tingkat /hirarki pemilihan jenis
konstruksi adalah ukuran kualitatif untuk menentukan pilihan terbaik
alternatif konstruksi jalan berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria yang ada
di Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan
Tujuan akhir desain pengambilan
keputusan dan kebijakan adalah ingin menghasilkan keputusan yang terbaik dalam
hal pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan berdasarkan kriteria dan
pertimbangan dari para pengambilan keputusan dan kebijakan di Dinas PU. Bina
Marga Kabupaten Lamongan.
a. Pembobotan
Berpasangan (Pairwise Comparison)
Bobot masing-masing level kriteria didapat dari kuesioner yang diisi oleh responden yang memiliki latar belakang pendidikan teknis sipil dan berpengalaman dibidangnya, terdiri dari :Kepala Dinas PU. Kab. Lamongan , Pejabat Teknis Eselon III, dan Pejabat Teknis Eselon IV di Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan yang mempunyai kewenangan, dan kebijakan mengambil keputusan dalam hal menentukan Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan yang akan diterapkan, penentuan dilakukan penyebaran kuesioner AHP pada responden. Jumlah responden sebanyak 7 responden. Nilai yang dipakai dalam pembobotan berpasangan ini adalah nilai rata-rata geometri responden yang dibulatkan ke atas
Sebagai contoh perhitungan, perbandingan berpasangan matriks pada level kriteria yang didapatkan dari hasil survei adalah skala nilai perbandingan berpasangan berdasarkan goal sebagai berikut: Jika nilai elemen yang dibandingkan sangatdekat satu sama lain, penggunaan skala 1.1, 1.2 hingga 1.9 dapat digunakan.
Tabel 1Contoh Matrix Perbandingan Pasangan Hasil Survei
Goal
|
Kompetensi
kontraktor
|
Material
pondasi
|
Biaya
|
Metode
Kerja
|
Pengawasan
|
Pasca
konstruksi
|
Kompetensi
kontraktor
|
1
|
9
|
9
|
7
|
7
|
9
|
Material
pondasi
|
1/9
|
1
|
1
|
1/2
|
1/3
|
2
|
Biaya
|
1/9
|
1
|
1
|
2
|
1/3
|
3
|
Metode
Kerja
|
1/7
|
2
|
½
|
1
|
1
|
4
|
Pengawasan
|
1/7
|
3
|
3
|
1
|
1
|
2
|
Pasca
konstruksi
|
1/9
|
1/2
|
1/3
|
¼
|
½
|
1
|
Jumlah
|
1,61
|
16,50
|
14,83
|
11,75.
|
10,16
|
21,00
|
Jumlah pertanyaan perbandingan berpasangan adalah n(n-1)/2 karena saling berbalikan dan diagonalnya selalu bernilai satu. Responden yang jawabannya tertera pada table 1 menyatakan bahwa faktor-faktor untuk memilih kompetensi kontraktor sangat penting dibandingkan Jenis pondasi(base course)
Kepentingan relatif dari tiap faktor
dari setiap baris dari matrik dapat dinyatakan sebagai bobot relatif yang
dinormalkan (normalized relative weight). Bobot relatif yang dinormalkan
ini merupakan suatu bobot nilai relatif untuk masing-masing faktor pada
setiap kolom, dengan membandingkan masing-masing nilai skala dengan jumlah
kolomnya. Eigenvektor utama yang dinormalkan (normalized
principaleigen vector) adalah identik dengan menormalkan kolom-kolom dalam
matrix perbandingan berpasangan. Ini merupakan bobot nilai rata-rata secara
keseluruhan, yang diperoleh dari rata-rata bobot relatif yang dinormalkan
masing-masing faktor pada setiap barisnya.Sebagai contoh, bobot relatif yang
dinormalkan dari faktor kompetensi kontraktor terhadap biaya dalam tabel 1
adalah 9/14,83=0.606, sedangkan bobot relatif yang dinormalkan untuk faktor
metode kerja terhadap pengawasan dan pengendalian adalah 1/10,16 =0,098. Tabel
2 merupakan hasil perhitungan bobot relatif yang dinormalkan dari contoh
tabel 4.1. Eigen vektor utama yang tertera pada kolom terakhir tabel 2
didapat dengan merata rata bobot relatif yang dinormalkan pada setiap baris.
Table 2 Contoh Bobot Relatif dan
Eigen Vektor Utama dari Level kriteria
Goal
|
Kompetensi
kontraktor
|
Material
pondasi
|
Biaya
|
Metode
Kerja
|
Penga-wasan
|
Pasca
kon-struk-si
|
Eigen-vector Utama
|
Kompetensi kontraktor
|
0,617
|
0,545
|
0,0674
|
0,5957
|
0,6885
|
0,4286
|
0,5804
|
Material pondasi
|
0,068
|
0,0606
|
0,0674
|
0,0426
|
0,328
|
0,0952
|
0,0612
|
Biaya
|
0,068
|
0,0606
|
0,0337
|
0,1702
|
0,0328
|
0,1429
|
0,0904
|
Metode Kerja
|
0,0882
|
0,1212
|
0,2022
|
0,0851
|
0,0984
|
0,1905
|
0,1028
|
Pengawasan
|
0,0882
|
0,1818
|
0,0225
|
0,0851
|
0,0984
|
0,0952
|
0,1252
|
Pasca konstruksi
|
0,068
|
0,0303
|
0,0225
|
0,0213
|
0,0492
|
0,0478
|
0,0399
|
Jumlah
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
Eigenvektor utama
merupakan bobot rasio dari masing-masing faktor. Pada contoh di tabel
4.2,responden tersebut menilai faktor kompetensi kontraktor sebagai faktor
utama, pengawasan,metode kerja,biaya,material alam dan pasca konstruksi.
Baginya, faktor kompetensi kontraktor adalah 58,04/9,04 = 6,419 kali lebih
penting dari factor biaya, dan faktor metode kerja 10,28/3,99 =2,576 kali lebih
penting dari pasca konstruksi.
Komentar
Posting Komentar