KUDATULI
(Kerusuhan 27 Juli 1996)
DISUSUN
OLEH :
Sarah
Dwikusuma H (16315393)
Kelas : 1 TA 03
Mata
Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Emilianshah Banowo
Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan
Teknik Sipil
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan atas kehadirat Allah SWT , atas berkat rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menlesaikan makalah yang berjudul "KUDATULI (Kerusuhan 27 Juli 1996)".
Dalam penulisan makalah
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Emiliansah Banowo selaku
dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial Dasar yang telah memberikan pengarahan
dan dorongan dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis
berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada pihak yang
memberikan bantuan, dan menjadikan semua bantuan menjadi ibadah, Amin Ya Rabbal
‘Alamin. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Jakarta,
Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KAT
A PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa 27 Juli
1996 ......................................................................................... 4
2.2 Kronologi Peristiwa
27 Juli 1996 ........................................................................ 6
2.3 Buku dan Penelitian
............................................................................................ 11
2.4 Peringatan ........................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………. 13
3.2 Saran …………………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………………… 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Sebelum masuknya era
reformasi, banyak timbul kerusahan-kerusahan dimana-mana. Kerusuhan ini terjadi
akibat tuntutan pemuda dan rakyat terhadap pemerintahan saat itu
dikarenakan tidak percayanya lagi rakyat serta pemuda dalam kinerja pemerintah
yang selama ini dinilai curang, korupsi dan pelanggaran-pelanggaran lainya.
Sehingga timbul kerusuhan-kerusuhan pada tahun 1995, 1996, 1997, dan tahun 1998
yang merupakan klimaks dari kerusuhan tersebut. Kerusahan ini di latarbelakangi
banyak persoalan. Selama ini kita kebanyakan hanya mendengar dan melihat kasus
pelanggaran HAM 1998, Peristiwa Semanggi. Namun kenyataan yang tercatat,
bahwasanya kerusuhan-kerusuhan ini adalah sebanyak 58 insiden, yang terjadi
berbagai daerah dan Provinsi di Indonesia Pada makalah kali ini saya mengambil
topik mengenai Kerusuhan 27 Juli 1996.
Di awal tahun 1996,
Ibukota Jakarta kembali di guncang oleh Insiden PDI-Megawati di Gambir,
Jakarta. Namun hanya berselang satu bulan kemudian, insiden di Jakarta kembali
terjadi. Insiden ini adalah Penyerangan ke Kantor PDI di Jalan Diponegoro atau
dengan nama lain disebut dengan Sabtu Kelabu. Insiden-insiden ini menambah
daftar panjang kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Indonesia antara tahun 1995
sampai 1998. Pada tanggal 27
Juli 1996
terjadi sebuah kerusuhan yang disebut sebagai Peristiwa
Kudatuli (akronim dari KERUSUHAN DUA PULUH TUJUH JULI)
atau Peristiwa Sabtu Kelabu (karena memang kejadian tersebut terjadi pada
hari Sabtu), adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri.
Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi (Ketua
Umum versi Kongres PDI di
Medan) serta dibantu oleh aparat dari kepolisian
dan TNI.
Peristiwa ini meluas
menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta,
khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat. Beberapa kendaraan dan
gedung terbakar.
Pemerintah saat itu
menuduh aktivis PRD sebagai
penggerak kerusuhan. Pemerintah Orde Baru kemudian memburu dan menjebloskan
para aktivis PRD ke penjara. Budiman Sudjatmiko mendapat
hukuman terberat, yakni 13 tahun penjara.
Ada dua istilah untuk
Peristiwa 27 Juli ini, yaitu:
- · Kudatuli. Akronim dari Kerusuhan 27 Juli. Pertama kali dimuat di Tabloid Swadesi dan kemudian luas digunakan oleh berbagai media massa. Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Soehardiman, SE juga pernah menggunakannya dalam bukunya.
- · Sabtu Kelabu. Merujuk pada hari saat terjadinya peristiwa ini yaitu hari Sabtu, kata "kelabu" untuk menggambarkan "suasana gelap" yang melanda panggung perpolitikan Indonesia saat itu. Tidak diketahui pencetusnya, namun diduga semula beredar dalam forum-forum di Internet.
Hasil
penyelidikan Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia: 5 orang meninggal dunia, 149 orang
(sipil maupun aparat) luka-luka, 136 orang ditahan. Komnas HAM juga
menyimpulkan telah terjadi sejumlah pelanggaran hak
asasi manusia
.
Dokumen dari Laporan
Akhir Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyebut pertemuan tanggal 24
Juli 1996
di Kodam Jayadipimpin oleh Kasdam
Jaya Brigjen Susilo Bambang Yudhoyono.
Hadir pada rapat itu adalah Brigjen Zacky Anwar Makarim,
Kolonel Haryanto, Kolonel Joko
Santoso, dan Alex Widya
Siregar. Dalam rapat itu, Susilo Bambang Yudhoyono
memutuskan penyerbuan atau pengambilalihan kantor DPP PDI oleh Kodam Jaya.
Dokumen tersebut juga
menyebutkan aksi penyerbuan adalah garapan Markas Besar ABRI c.q. Badan
Intelijen ABRI bersama Alex Widya S. Diduga, Kasdam Jaya menggerakkan pasukan
pemukul Kodam Jaya, yaitu Brigade Infanteri 1/Jaya Sakti/Pengamanan Ibu Kota
pimpinan Kolonel Inf. Tri Tamtomo untuk melakukan penyerbuan. Seperti tercatat
di dokumen itu, rekaman video peristiwa itu menampilkan pasukan Batalion
Infanteri 201/Jaya Yudha menyerbu dengan menyamar seolah-olah massa PDI
pro-Kongres Medan. Fakta serupa terungkap dalam dokumen Paparan Polri tentang
Hasil Penyidikan Kasus 27 Juli 1996, di Komisi I dan II DPR RI, 26 Juni 2000.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan
masalah yang diperoleh dari penulisan ini antara lain :
1. Peristiwa
apa yang terjadi pada tanggal 27 Juli 1996?
2. Deskripsikan
pertistiwa yang terjadi saat itu!
1.3
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan yang diperoleh dalam
penulisan ini antara lain :
·
Memberitahukan tentang peristiwa yang
terjad pada tanggal 27 Juli 1996
·
Memberitahukan mengapa sampai terjadinya
peristiwa
·
Membertahukan kronologi peristiwa 27
Juli 1996
1.4
MANFAAT
PENULISAN
·
Memberitahukan tentang peristiwa 27 Juli 1996 serta
mendeskripsikan peristiwa tersebut
·
Memberitahukan kronologi kejadiaan yang
terjadi pada tanggal 27 Juli 1996
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PERISTIWA
27 JULI 1996
Di awal tahun 1996,
Ibukota Jakarta kembali di guncang oleh Insiden PDI-Megawati di Gambir,
Jakarta. Namun hanya berselang satu bulan kemudian, insiden di Jakarta kembali
terjadi. Insiden ini adalah Penyerangan ke Kantor PDI di Jalan Diponegoro atau
dengan nama lain disebut dengan Sabtu Kelabu. Insiden-insiden ini menambah
daftar panjang kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Indonesia antara tahun 1995
sampai 1998. Pada tanggal 27 juli 1966 ini disebut juga sebagai Peristiwa
Kudatuli (akronim dan Kerusuhan Dua Puluh juli) atau peristiwa sabtu kelabu.
Karena peristiwa ini terjadi pada hari sabtu. Peristiwa ini berawal dari
kemenangan Megawati Soekarno Putri pada Kongres Luar Biasa Partai Demokrasi
Indonesia (KLB PDI) di Surabaya pada 1993. Kemenangan Megawati ini merupakan
ancaman bagi rezim Orde Baru.
Ini terjadi karena
adanya Konflik dalam tubuh partai Demokasi Indonesia (PDI) antara kelompok
pendukung Suryadi (Ketua Umum, Kongres Medan 1996) melawan kelompok pendukung
Megawati (Ketua Umum, Munas Jakarta 1993) mencapai puncaknya pada pasca Kongres
IV PDI di Medan tanggal 20 juni 1996. Pada Kongres PDI ketiga diselenggarakan
di Pondok Gede Jakarta pada 15 april 1986 dan dibuka oleh Presiden Soeharto,
tidak berhasil memilih seorang ketua umum pada sidang terakhir pada 18 april
1986. Peserta Kongres menyerahkan mandat kepada pemerintah untuk menyusun DPP
baru. Pemerintah menetapkan pimpinan DPP baru periode 1986-1991 yang dipimpin
oleh Suryadi (Ketua Umum) dan Nicolaus Daryanto ( Sekretaris Jendral ). Sejak
saat itu terjadi perpecahan dalam tubuh PDI mengakhiri dualisme
kepemimpinannya, tidak berhasil. Dari pihak Megawati, kemudian membentuk Tim
Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) yang dipimpin oleh Amertiwi Saleh, R.O
Tambunan, dan Abdul Hakim Garuda Nusantara, untuk menuntut pemerintah agar
membatalkan Kongres PDI di Medan.
Maka Soeharto dan
pembantu milliternya merekayasa Kongres PDI di Medan dan mendudukkan kembali
Soerjadi sebagai ketua umum PDI. Rekayasa pemerintahan Orde Baru untuk
menggulingkan Megawati Soekarno Putri itu di lawan pendukung Megawati Soekarno
Putri dengan menggelar mimbar bebas dikantor DPP PDI. Mimbar bebas yang
menghadirkan sejumlah tokoh kritis dan aktivis penentang Orde Baru, telah mampu
membangkitkan kesadaran kritis atas perilaku politik Orde Baru. Sehingga ketika
terjadi pengambilan secara paksa, perlawanan rakyat pun terjadi. Berawal dari
pengambilan kantor Dewan Pimpinan Pusat(DPP) Partai Demokrasi (PDI) di Jalan
Diponegoro 58 Jakarta Pusat oleh massa ini berlanjut pada kerusuhan massa di
Jakarta. Pada hari sabtu tanggal 27 juli 1996 kelompok pendukung Suryadi
bergerak untuk merebut gedung DPP PDI. Lima truk yang mengangkut 200 orang
pendukung Suryadi yang di pimpin oleh Buttu Hutapea Sekjen PDI dengan
mengenakan kaus bertuliskan
"
Pro Kongres " tiba di depan kantor PDI. Pendukung
Megawati bertahan di halaman kantor. Kedua belah pihak bentrok saling melempar
batu sehingga kaca-kaca jendela hancur berantakan. Sementara kelompok massa
yang bergerak dari arah lain membakar semua bus di Jalan Surabaya. Di
tengah-tengah "perang batu" aparat Kepolisian dengan mengendarai
ambulans mengadakan negosiasi dengan pendukung Megawati yang disusul oleh
Komando Kodim 0501. Dua panser bergerak dari jalan Surabaya menuju kearah
keributan. Menjelang pukul 09.00 masa pendukung Suryadi berhasil memasuki
halaman gedung. Pendukung Megawati terdesak, aparat kepolisian bergerak
memisahkan mereka dan menutupi jalan antara Jalan dan Pegangsaan. Puluhan
korban berjatuhan. Pendukung Megawati yang terkonsentrasi di depan gedung
bioskop Megaria, mencoba menembus barikade Polisi. Massa kemudian mundur kearah
Cikini, Salemba dan Jalan proklamasi. Massa yang mundur kearah Salemba dan
Matraman merusak dan membakar kantor Persit / Chandra Kirana, gedung Departemen
Pertanian berserta mobil yang berada di dalamnya. Mereka juga merusak dan
membakar gedung Darmek, Bank Keswan, dan Bank Swarsarindo. Sebagian massa
melempari kantor Polsek Matraman. Massa yang bergerak kearah Kramat Raya
membakar Show-room Toyota Auto 2000 yang berada disebelahnya juga tidak luput
dari amukan massa, dan merusak gedung Bank Bumi Daya dan Bank Dagang Negara.
Ribuan massa terus bergerak ke arah Matraman. Dengan tembakan ke udara, massa
mulai tercerai-berai. Sebagian ke arah Pramuka, sebagian lagi ke arah Proyek
Perdagangan Senen. Sebelumnya, seorang polisi kelihatan memegangi kepalanya
yang bocor kena lemparan batu. Massa yang bergerak ke sekitar Jalan Proklamasi
merusak gedung Telkom, persis di depan jalan tempat Proyek Apartemen Menteng.
Mereka menjadi satu kerumunan besar di pos polisi di bawah jembatan kereta api
layang. Belum lagi masa dari arah selatan di bawah jembatan layang kereta api
yang sebelumnya dipukul mundur, sudah mulai bergerak maju dan menjadi satu
kembali dengan massa besar tadi.mimbar besar pun di gelar. Helikopter polisi
terus memantau massa yang mulai mengadakan mimbar bebas. Dipandu aktivis
pemuda, mimbar bebas menjadi ajang umpatan pada aparat keamanan, dan sanjungan
untuk Mega "Mega Pasti menang" terus terdengar. Masa yang masih di
dalam pagar lintasan kereta api mulai merobohkan pagar besi. Lantas menyatu
dengan massa peserta mimbar bebas. Jalan Panataran dan membakar 23 mobil. Dua
toko di Jalan Proklamasi juga di bakar. Massa yang mundur lewat Jalan Cikini
merusak gedung Bank BHS. Sementara itu, aksi pendukung Megawati masih berlanjut
sampai hari Minggu tanggal 28 juli. Melihat peristiwa kerusuhan ini pemerintah
bereaksi keras, Kepala Staf Sospol ABRI Syarwan Hamid dan Dirjen Sospol
Depdagri Sutoyo N.K. mengundang sejumlah organisasi massa ke Departemen Dalam
Negeri. Mereka menyatakan bahwa peristiwa kerusuhan itu berkembang bukan lagi
murni masalah intern PDI, melainkan sudah meluas dengan masuknya pelbagai
kepentingan yang beraliansi dengan pimpinan PDI. Sejumlah 240 orang di tangkap
dan 120 orang di nyatakan sebagai tersangka.
Peristiwa itu berlanjut
dengan diburu dan ditangkapnya beberapa orang aktivis PDI yang ditahan
oleh Kejaksaan agung, antara lain, Mochtar Pakpahan, Pimpinan Serikat Buruh
Indonesia(SBS) dan tokoh-tokoh Partai Rakyat Demokratik (PRD), tokoh majelis
Rakyat Indonesia (MARI) Ridwan Saidi, Permadi, Budiman Sujatmiko, dan Petrus
Haryanto. Yang dianggap telah melecehkan Presiden. sehingga mereka dituntut
dengan Undang-Undang anti-subversif. Motif politik dalam kasus ini sangat
jelas. Bahkan, dalam pengakuan ketua PDI, Soerjadi dikatakan bahwa penyerbuan
dilakukan oleh Brimob dan TNI yang berpakaian PDI.
Selain
pimpinan-pimpinan ini yang ditahan, tidak menutup kemungkinan adanya korban
yang ditimbulkan akibat peristiwa ini. Berdasarkan penelitian Komnas HAM, 70
orang dinyatakan hilang dan 149 orang luka-luka. Kerugian material meliputi 22
gedung dan 91 mobil dibakar, serta 2 sepeda motor rusak. Ini sekali lagi
membuktikan kepada kita betapa perlunya adanya penyatuan didalam perbedaan.
Banyak insiden-insiden yang terjadi dilatarbelakangi oleh beberapa faktor.
Pengamatan yang lebih cermat memperlihatkan bahwa ada kecenderungan sasaran
aksi kerusuhan lebih didomonasi 78% oleh masyarakat atau kerusuhan yang
bersifat komunal (SARA).
2.1 KRONOLOGI
PERISTIWA
- · 01:00
Di Markas PDI ada
sekitar 300 orang yang berjaga--suatu kebiasaan dilakukan sejak Kongres Medan
lalu. Di luar pagar, ada sekitar 50 orang. Satgas dan simpatisan Megawati mulai
terlelap dan sebagian ada yang bermain catur di
pinggir pelataran kantor dan juga di Jalan Diponegoro dengan beralaskan terpal.
- · 03:00
Para pendukung Mega
mulai mencium sesuatu bakal terjadi, setelah patroli mobil polisi berkali-kali melintas.
Sebagian dari mereka mencoba memantau keadaan dari jembatan kereta api Cikini.
- · 05:00
Serombongan pasukan
berbaju merah,
kaus PDI, bergerak menuju Diponegoro 58. Konon mereka diangkut dengan delapan
truk.
- · 06:15
Pasukan berkaus merah
tadi akhirnya sampai di depan Kantor PDI dan kedatangan mereka disambut para
pendukung Mega dengan lemparan batu. Pasukan merah tadi pun membalas dengan
batu dan lontaran api. Maka, spanduk yang menutupi hampir semua bagian depan
Kantor PDI terbakar ludes. Bentrok fisik pun tak terhindarkan. Sebuah sumber
mengatakan ada 4 orang tewas, tapi angka ini belum dikonfirmasi.
Semua jalan menuju ke arah Diponegoro sudah diblokir oleh kesatuan polisi. Perempatan Matraman menuju ke Jalan Proklamasi ditutup dengan seng-seng Dinas Pekerjaan Umum yang sedang dipakai dalam pembangunan jembatan layang Pramuka-Jalan Tambak.
Massa sudah berkumpul di depan Bank BII Megaria. Sedang di samping pos polisi sudah bersiap dua mobil anti huru-hara dan empat mobil pemadam kebakaran persis di depan DPP PDI. Polisi anti huru-hara terlihat ketat di belakang mobil anti huru-hara dan di depan Kantor PDI.
Semua jalan menuju ke arah Diponegoro sudah diblokir oleh kesatuan polisi. Perempatan Matraman menuju ke Jalan Proklamasi ditutup dengan seng-seng Dinas Pekerjaan Umum yang sedang dipakai dalam pembangunan jembatan layang Pramuka-Jalan Tambak.
Massa sudah berkumpul di depan Bank BII Megaria. Sedang di samping pos polisi sudah bersiap dua mobil anti huru-hara dan empat mobil pemadam kebakaran persis di depan DPP PDI. Polisi anti huru-hara terlihat ketat di belakang mobil anti huru-hara dan di depan Kantor PDI.
- · 09:15
Di samping Kantor PDI
(dan PPP) terlihat massa -- yang tampaknya bukan dari PDI -- sedang baku lempar
batu denganABRI yang
bertameng dan bersenjatakan pentungan. Massa terus melawan dengan melempar
batu.
- · 09:24
Massa di belakang
Gedung SMPN 8 dan 9, di samping Kantor PDI dan PPP, mulai terdesak mundur
ketika ada bantuan pasukan yang tadinya hanya berjaga-jaga di bawah jembatan
kereta api. Mereka dipukul mundur sampai di belakangGedung Proklamasi.
Tiga wartawan foto mulai membidik massa yang lari tunggang langgang, Sedang
salah seorang wartawan foto mendekati pasukan loreng dan berusaha mengambil
gambar. Tiba-tiba seorang wartawan foto -- yang belakangan diketahui bernama
Sukma dari majalah Ummat --
terlihat dipukuli pasukan loreng dan diseret bajunya (Lihat berita KOMPAS, 29
Juli 1996). Dari sana Sukma -- dengan menarik bajunya -- dibawa ke belakang
Gedung SMP 8 dan 9 Jakarta, tempat pasukan loreng berkumpul yang berjarak 300
meter dari tempat pertama pemukulan.
- · 09:35
Massa di depan Megaria
yang diblokade pasukan polisi anti huru-hara, melempar batu ketika mobil
ambulans dari Sub Dinas Kebakaran Jakarta yang meluncur dari kantor DPP PDI
mencoba menerobos kerumanan massa dan polisi di depan Bank BII di pertigaan
Megaria. Massa yang berada di depan gedung bioskop
Megaria dan Bank BII, berteriak-teriak dan bernyanyi,
"Mega pasti menang, pasti menang, pasti menang".
- · 09:45
Wartawan dalam dan luar
negeri, yang sedari pagi berkumpul di depan pos polisi, mulai dihalau oleh
pasukan anti huru-hara menuju kerumunan massa di depan Bank BII.
Saat itu juga terlihat kepulan asap hitam membubung dari DPP PDI. Salah seorang satgas PDI pro Mega mengatakan bahwa sebagian Kantor PDI sempat dibakar dan arsip-arsip di dalam kantor sudah dimusnahkan. Korban tewas dari PDI pro Megawati yang berada di DPP diperkirakan empat orang. Sekitar 300 orang luka parah, 50 orang diantaranya dari cabang-cabang Jawa Timur yang tengah berjaga-jaga di Kantor PDI.
Jalan Diponegoro di depan DPP PDI mulai dibersihkan dari batu-batu dan bekas kebakaran. Seonggok bangkai mobil dan motor yang terbakar juga disiram dan berada persis di depan pintu masuk Kantor PDI.
Saat itu juga terlihat kepulan asap hitam membubung dari DPP PDI. Salah seorang satgas PDI pro Mega mengatakan bahwa sebagian Kantor PDI sempat dibakar dan arsip-arsip di dalam kantor sudah dimusnahkan. Korban tewas dari PDI pro Megawati yang berada di DPP diperkirakan empat orang. Sekitar 300 orang luka parah, 50 orang diantaranya dari cabang-cabang Jawa Timur yang tengah berjaga-jaga di Kantor PDI.
Jalan Diponegoro di depan DPP PDI mulai dibersihkan dari batu-batu dan bekas kebakaran. Seonggok bangkai mobil dan motor yang terbakar juga disiram dan berada persis di depan pintu masuk Kantor PDI.
- · 11:30
Ribuan massa terus
bertambah dan terpisah letaknya di 3 tempat. Yaitu di depan Bioskop Megaria, di
depan BII, serta di depan Telkom, persis di depan jalan tempat Proyek Apartemen
Menteng. Mereka menjadi satu kerumunan besar di pos polisi di bawah jembatan
kereta api layang. Belum lagi massa dari arah Selatan di bawah jembatan layang
kereta api yang sebelumnya dipukul mundur, sudah mulai bergerak maju dan
menjadi satu kembali dengan massa besar tadi.
Mimbar bebas pun digelar. Helikopter polisi terus memantau massa yang mulai mengadakan mimbar bebas. Dipandu aktivis pemuda, mimbar bebas menjadi ajang umpatan pada aparat keamanan, dan sanjungan untuk Mega. "Mega pasti menang, pasti menang, pasti menang.....," terus terdengar. Massa yang masih di dalam pagar lintasan kereta api mulai merobohkan pagar besi, lantas menyatu dengan massa peserta mimbar bebas.
Mimbar bebas pun digelar. Helikopter polisi terus memantau massa yang mulai mengadakan mimbar bebas. Dipandu aktivis pemuda, mimbar bebas menjadi ajang umpatan pada aparat keamanan, dan sanjungan untuk Mega. "Mega pasti menang, pasti menang, pasti menang.....," terus terdengar. Massa yang masih di dalam pagar lintasan kereta api mulai merobohkan pagar besi, lantas menyatu dengan massa peserta mimbar bebas.
- · 11:40
Massa yang berada di
dalam pagar lintasan kereta api mulai melempar batu ke arah aparat yang sudah
berjaga-jaga di depan SMP 8 dan 9 Jakarta. Terdengar dari kejauhan massa di
mimbar bebas terus berteriak mengecam aparat berseragam loreng. Batu-batu yang
beterbangan membuat wartawan berlindung di belakang blokade polisi dan sebagian
lagi menyelamatkan diri dengan berlindung di mobil anti huru-hara.
Pihak kepolisian Jakarta Pusat berusaha menenangkan massa yang melempari pasukan dari Yon Kavaleri VII dan Yon Armed 7 Jayakarta. Massa yang terus bergerak membuat pasukan berseragam loreng bertahan di sekitar Jalan Pegangsaan Timur.
Di depan pos polisi, massa yang terus bertambah jumlahnya memenuhi pentas mimbar bebas. Massa di depan bioskop Megaria merobohkan pagar besi pembatas jalan dan bergabung menyaksikan mimbar bebas. Salah seorang tampak berdiri di tengah lingkaran massa dengan membawa tongkat berbendera Merah Putih yang dikibarkan setengah tinggi tongkat. Dia berteriak, "Kita di sini menjadi saksi sejarah. Kawan-kawan kita mati di dalam Kantor PDI. Kita harus menunggu komando langsung dari Ibu Mega," teriaknya lantang. Yang lain menyanyikan, "Satu komando..... satu tindakan." Kemudian ada doa bersama untuk mereka yang tewas.
Pihak kepolisian Jakarta Pusat berusaha menenangkan massa yang melempari pasukan dari Yon Kavaleri VII dan Yon Armed 7 Jayakarta. Massa yang terus bergerak membuat pasukan berseragam loreng bertahan di sekitar Jalan Pegangsaan Timur.
Di depan pos polisi, massa yang terus bertambah jumlahnya memenuhi pentas mimbar bebas. Massa di depan bioskop Megaria merobohkan pagar besi pembatas jalan dan bergabung menyaksikan mimbar bebas. Salah seorang tampak berdiri di tengah lingkaran massa dengan membawa tongkat berbendera Merah Putih yang dikibarkan setengah tinggi tongkat. Dia berteriak, "Kita di sini menjadi saksi sejarah. Kawan-kawan kita mati di dalam Kantor PDI. Kita harus menunggu komando langsung dari Ibu Mega," teriaknya lantang. Yang lain menyanyikan, "Satu komando..... satu tindakan." Kemudian ada doa bersama untuk mereka yang tewas.
- · 12:40
Pihak keamanan meminta
utusan mimbar bebas untuk bersama-sama pihak keamanan masuk melihat situasi di
dalam Kantor PDI. Lima orang akhirnya dipilih, sementara mimbar bebas terus
berjalan.
- · 12:45
Bantuan polisi dari
satuan Sabhara Polda Metro Jaya mulai berdatangan memenuhi jalan depan Kantor
PDI. Sedang lima orang utusan di bawah pimpinan Drs. Abdurrahman Saleh, bekas
pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, masuk ke dalam kantor DPP
yang porak poranda. Sekitar lima menit berada di dalam Kantor PDI, lima utusan
tadi ke luar. Salah seorang wakil utusan, ketika ditanya TEMPO Interaktif
tentang bagaimana kondisi di dalam kantor DPP, mengatakan, "Di dalam tidak
ada apa-apa; darah berceceran di semua ruangan." Orang ini bercerita
sambil menahan tangis; matanya sarat air mata, sambil membawa jaket merah PDI
bernama dada Nico Daryanto, mantan Sekretaris Jenderal PDI, dan satu spanduk
merah.
Kelima utusan tersebut didaulat naik ke atas mobil anti huru-hara untuk melaporkan keadaan di dalam gedung. Baru beberapa kata terucap dari utusan tadi, sebuah batu melayang entah darimana dan mengenai tangan seorang utusan yang berdiri di atas mobil anti huru-hara. Akhirnya, laporan keadaan Kantor PDI berhenti sampai di situ.
Kelima utusan tersebut didaulat naik ke atas mobil anti huru-hara untuk melaporkan keadaan di dalam gedung. Baru beberapa kata terucap dari utusan tadi, sebuah batu melayang entah darimana dan mengenai tangan seorang utusan yang berdiri di atas mobil anti huru-hara. Akhirnya, laporan keadaan Kantor PDI berhenti sampai di situ.
- · 13:52
Pengacara Megawati, RO
Tambunan, berpidato di depan Kantor PDI. Dia mengatakan, "Kita menduduki Kantor
DPP karena Megawati adalah pimpinan yang syah. Negara ini adalah negara hukum,
jadi tunggu proses hukum selesai," katanya keras. Yang dimaksud Tambunan
adalah proses hukum berupa tuntutan Megawati ke alamat Soerjadi dan sejumlah
pejabat pemerintah di pengadilan yang sampai kini masih disidangkan, sehingga
status Kantor PDI belum diputuskan.
Menurut RO Tambunan, Kapolres Jakarta Pusat sudah berjanji tidak seorang pun diperkenankan masuk, termasuk kubu Soerjadi. Barang-barang tak satu pun boleh keluar dari dalam kantor; pihak pengacara akan mendaftar barang-barang DPP. "Ini negara hukum, kita harus turuti perintah hukum," ujar Tambunan.
Menurut RO Tambunan, Kapolres Jakarta Pusat sudah berjanji tidak seorang pun diperkenankan masuk, termasuk kubu Soerjadi. Barang-barang tak satu pun boleh keluar dari dalam kantor; pihak pengacara akan mendaftar barang-barang DPP. "Ini negara hukum, kita harus turuti perintah hukum," ujar Tambunan.
- · 14:05
Soetardjo
Soerjogoeritno, salah satu pimpinan DPP PDI yang pro Megawati, tiba-tiba
terlihat berjalan mendekati Kantor PDI. Sesaat kemudian Soerjogoeritno bicara
dengan Kapolres Jakarta Pusat soal status Kantor PDI.
Massa yang mencoba mendekati Soerjogoeritno dihalau anggota Brimob yang bersiaga dengan anjing pelacak. Tapi, melihat ribuan orang, dua anjing herder itu tak berani bergerak mengejar massa. Massa makin berani. "Kami ini manusia, kok dikasih anjing," kata seseorang marah. Siang itu pula setumpuk koran Terbit yang memberitakan Kantor DPP PDI Diserbu, ramai-ramai dirobek-robek.
Massa yang mencoba mendekati Soerjogoeritno dihalau anggota Brimob yang bersiaga dengan anjing pelacak. Tapi, melihat ribuan orang, dua anjing herder itu tak berani bergerak mengejar massa. Massa makin berani. "Kami ini manusia, kok dikasih anjing," kata seseorang marah. Siang itu pula setumpuk koran Terbit yang memberitakan Kantor DPP PDI Diserbu, ramai-ramai dirobek-robek.
- · 14:29
Hujan batu terjadi.
Massa yang di berada depan pos polisi melempari barikade polisi anti huru-hara.
Satuan anti kerusuhan itu terpaksa mundur dan berlindung dari hujan batu. Mobil
anti huru-hara yang tetap nongkrong di bawah jembatan layang dilempari batu
bertubi-tubi. Dua lapis barisan polisi dan tentara bergerak maju. Dengan tameng
dan tongkat mereka merangsek maju menghalau massa. Maka, ribuan orang itu
beringsut mundur ke arah Salemba.
Ada sekitar 100 orang yang berlindung di dalam gedung Kedutaan Besar Palestina, persis di depan Kantor PDI. Di samping Kantor PDI, di Kantor PPP, terlihat puluhan wartawan berkumpul. Sementara itu, polisi dan tentara mengejar massa sampai di depan Rumah Sakit Cipto (RSCM). Beberapa orang terlihat dipentung dengan rotan. Seorang siswa STM 1 Jakarta, menangis di depan bioskop Megaria -- lengannya patah ketika menangkis pukulan dan pentungan petugas. Di depan Megaria itu suasananya gaduh, ambulans meraung-raung terus menerus. Korban-korban yang bocor kepalanya dan luka-luka diseret ke depan Kantor PDI dan menjadi bidikan foto wartawan.
Ada sekitar 100 orang yang berlindung di dalam gedung Kedutaan Besar Palestina, persis di depan Kantor PDI. Di samping Kantor PDI, di Kantor PPP, terlihat puluhan wartawan berkumpul. Sementara itu, polisi dan tentara mengejar massa sampai di depan Rumah Sakit Cipto (RSCM). Beberapa orang terlihat dipentung dengan rotan. Seorang siswa STM 1 Jakarta, menangis di depan bioskop Megaria -- lengannya patah ketika menangkis pukulan dan pentungan petugas. Di depan Megaria itu suasananya gaduh, ambulans meraung-raung terus menerus. Korban-korban yang bocor kepalanya dan luka-luka diseret ke depan Kantor PDI dan menjadi bidikan foto wartawan.
- · 15:00
Enam buah panser mulai
berdatangan di depan pos polisi Megaria. Persis di depan Rumah Sakit Cipto
(RSCM), sebuah bus tingkat dibakar massa. Tak jauh dari bus yang terbakar, satu
lagi bus PPD nomor trayek 40, disiram bensin dan dibakar dengan sebuah korek
api. Terbakarlah bus jurusan Kampung Rambutan-Kota itu.
- · 15:37
Persis di depan
Fakultas Kedokteran UI Salemba, sebuah bus Patas PPD nomor trayek 2, habis
terbakar. Ribuan massa mulai mencabuti rambu-rambu lalu lintas dan
menghancurkan lampu lalu-lintas di pertigaan Salemba. Asrama Kowad -- yaitu
gedung Persit Kartika Candra Kirana -- merupakan gedung pertama yang diamuk
massa. Pertama-tama dengan lemparan batu dari luar, kemudian massa masuk ke
halaman, dan membakar gedung tersebut. Sebuah kendaraan jip yang diparkir di
halaman dibakar massa, menimbulkan api yang besar.
Wisma Honda yang terletak di sebelah Barat gedung Persit, tak luput dari lemparan batu. Tapi, beberapa jam kemudian, gedung Honda itu pun habis dilalap si jago merah. Massa kemudian bergerak ke arah Selatan dan membakar Gedung Departemen Pertanian yang berlantai delapan. Sebuah sedan Mercy juga dibakar habis.
Wisma Honda yang terletak di sebelah Barat gedung Persit, tak luput dari lemparan batu. Tapi, beberapa jam kemudian, gedung Honda itu pun habis dilalap si jago merah. Massa kemudian bergerak ke arah Selatan dan membakar Gedung Departemen Pertanian yang berlantai delapan. Sebuah sedan Mercy juga dibakar habis.
- · 15:55
Massa terus bergerak ke
arah Matraman. Maka, beberapa gedung pun jadi korban amukan api yang disulut
massa. Pertama-tama gedung Bank Swansarindo Internasional. Api yang berasal
dari karpet lantai dan korden jendela kaca itu dengan cepat merambat ke atas
gedung berlantai lima ini. Show room Auto 2000 yang berada disebelahnya juga
tidak luput dari amukan massa dan dibakar beserta mobil yang dipamerkan di
dalamnya. Selanjutnya Bank Mayapada juga dibakar massa.
Ribuan massa terus bergerak ke arah Matraman. Dengan tembakan ke udara, massa mulai tercerai-berai. Sebagian ke arah Pramuka, sebagian lagi ke arah Proyek Perdagangan Senen. Sebelumnya, seorang polisi kelihatan memegangi kepalanya yang bocor kena lemparan batu. Dia berkata kepada seorang rekannya yang berseragam loreng, "Bapak yang bawa senjata ke depan saja Pak."
Ribuan massa terus bergerak ke arah Matraman. Dengan tembakan ke udara, massa mulai tercerai-berai. Sebagian ke arah Pramuka, sebagian lagi ke arah Proyek Perdagangan Senen. Sebelumnya, seorang polisi kelihatan memegangi kepalanya yang bocor kena lemparan batu. Dia berkata kepada seorang rekannya yang berseragam loreng, "Bapak yang bawa senjata ke depan saja Pak."
- · 16:19
Massa rupanya melempari
Bank BHS di Jalan Matraman. Kelihatan api mulai menyala di samping gedung BHS,
tetapi tidak sampai menyentuh gedung bank itu karena sepasukan tentara berbaret
hitam dengan tronton pengangkut pasukan segera tiba.
Sedangkan jalan Salemba Raya terlihat gelap. Asap hitam tebal dari gedung Bank Mayapada dan Auto 2000 membubung ke udara. Massa yang bergerak ke arah Salemba inilah yang kemudian membakar gedung Darmex, Gedung Telkom, terus sampai ke arah Senen. Namun mereka dihalau panser tentara dan gagal mencapai Senen.
Sedangkan jalan Salemba Raya terlihat gelap. Asap hitam tebal dari gedung Bank Mayapada dan Auto 2000 membubung ke udara. Massa yang bergerak ke arah Salemba inilah yang kemudian membakar gedung Darmex, Gedung Telkom, terus sampai ke arah Senen. Namun mereka dihalau panser tentara dan gagal mencapai Senen.
- · 16:33
Tiga panser didatangkan
ke perempatan Matraman. Panser ini berhasil membubarkan massa yang merusak
semua rambu-rambu lalu lintas.
- · 19:00
Massa di Jalan
Proklamasi mulai berkerumun. Tak lama kemudian mereka membakar toko Circle K,
Studio SS Foto, dan beberapa bangunan lagi. Aksi dikabarkan berlangsung sampai
pukul 01.00 dinihari.
2.3 BUKU DAN
PENELITIAN
Peristiwa 27 Juli
menghasilkan sejumlah buku dan sejumlah penelitian. Pejabat militer juga
menulis buku untuk menjelaskan posisinya dalam kasus itu. Benny S Butarbutar,
yang menulis buku Soeyono Bukan Puntung Rokok (2003), memaparkan
Kasus 27 Juli dari perspektif Soeyono yang kala itu menjabat Kepala Staf
Umum ABRI.
Ia membangun teori persaingan srikandi kembar antara Megawati dan Siti Hardijanti Rukmana sebagai
latar terjadinya Kasus 27 Juli. Ia juga memaparkan, rivalitas di tubuh tentara
yang membuatnya tersingkir dari militer. Soeyono menyebutnya
sebagai Killing the Sitting Duck Game, rekayasa untuk "Membunuh Bebek
Lumpuh." Sehari sebelum kejadian, Soeyono mengalami kecelakaan di Bolaang
Mongondow.
Buku lain yang muncul
adalah Membongkar Misteri Sabtu Kelabu 27 Juli 1996 dengan editor
Darmanto Jatman (2001). Tim peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia juga membukukan hasil penelitian
mengenai Militer dan Politik Kekerasan Orde Baru-Soeharto di Belakang
Peristiwa 27 Juli? (2001).
2.4
PERINGATAN
Pada Rabu 26
Juli 2006,
Malam Dasawarsa Tragedi 27 Juli 1996 digelar di bekas Kantor Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat. Acara
hanya dihadiri keluarga korban dan saksi mata peristiwa ini. Petinggi partai
yang sudah berubah nama menjadi PDI
Perjuangan tidak terlihat hadir. Begitu juga Ketua Umum
PDIPMegawati Sukarnoputri.
Walau begitu acara berjalan khidmat. Setelah tahlilan, peringatan itu
diteruskan pemotongan tumpeng kemudian ditutup dengan renungan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Peristiwa
27 Juli 1996 telah dimulai sejak pelaksanaan kongres “Medan” yang dibiayai dan
langsung difasilitasi Pemerintah/ABRI. Kongres tersebut melengserkan Megawati
dan mendaulat Soerjadi sebagai Ketua Umum PDIP. Hal ini terjadi karena Soeharto
khawatir Megawati akan maju sebagai calon Presiden dalam sidang MPR tahun 1998.
Hal tersebut sangat menakutkan Soeharto sehingga ia merasa perlu melakukan
tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan yang dilakukan Soeharto dengan
mendudukan Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI tersebut ternyata mendapat
perlawanan keras dari pendukung Megawati di berbagai daerah. Kantor DPP PDI di
Jl. Diponegoro 58 Jakarta menjadi pusat pergerakan dan dikuasai oleh pendukung
Megawati. Sehari sebelum kongres Medan, Pada tanggal 20 Juni, sekitar 10
ribu banteng PDI turun ke jalan dari Kantor PDI ke lapangan Monas. Kericuhan
tak terhindari terjadi di depan stasiun Gambir antara simpatisan dan aparat,
mengakibatkan banyak korban. Setelah insiden itu Pangdam Jaya Mayjen Sutiyoso
membuat kesepakatan dengan Megawati yang intinya memperbolehkan pendukung Mega
melakukan aktifitas di halaman kantor PDI. Kesempatan itu digunakan pengurus
PDI untuk menggelar mimbar Demokrasi. Dalam mimbar itu simpatisan PDI
diperbolehkan pidato dan menyampaikan pikirannya.
Sebanyak 300 orang pendukung Megawati yang berada dalam
kantor PDI di Jalan Diponegoro 58 diserang dengan lemparan api dan lontaran api
oleh ratusan orang, juga berkaus merah, yang datang dengan menaiki 8 truk sejak
pukul 6.15 pagi WIB. Terjadi perang batu, spanduk yang menutupi gedung terbakar
habis, dan akhirnya pasukan penyerang memasuki kantor PDI itu. Sedikitnya lima
orang tewas dan ratusan luka-luka dalam bentrokan tersebut.
Semua jalan ke arah Diponegoro diblokade pihak kepolisian. Perempatan Matraman menuju Jalan Proklamasi ditutup dengan seng-seng Dinas PU yang sedang dipakai dalam pembangunan jembatan layang Pramuka–Jalan Tambak. Pukul 12.45 WIB sebanyak lima orang antara lain dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia diperbolehkan polisi masuk ke kantor PDI yang sudah porak-poranda itu. Mereka keluar dan melaporkan bahwa di dalam sudah tidak ada orang kecuali darah yang berceceran di mana-mana. Sore hari sampai malam, kerusuhan berlanjut yang diikuti dengan pembakaran gedung/ perkantoran di Jalan Matraman dan Salemba.
Pengadilan Koneksitas yang digelar pada era Presiden Megawati hanya mampu membuktikan seorang buruh bernama Jonathan Marpaung yang terbukti mengerahkan massa dan melempar batu ke Kantor PDI. Ia dihukum dua bulan sepuluh hari, sementara dua perwira militer yang diadili, Kol CZI Budi Purnama (mantan Komandan Detasemen Intel Kodam Jaya) dan Letnan Satu (Inf) Suharto (mantan Komandan Kompi C Detasemen Intel Kodam Jaya) divonis bebas.
3.2 SARAN
Ada minimal tiga pelajaran yang dapat diambil dari
kasus ini.
- · Pertama, negara tidak boleh lagi melakukan intervensi terhadap partai politik, apalagi menggunakan kekerasan massal.
- · Kedua, agar kejadian ini tidak terulang, perkaranya harus dituntaskan.Temuan-temuan terbaru dapat membantu penyidik untuk membuka lagi kasus ini.
- Ketiga, perlu diwaspadai juga penulisan sejarah (resmi) yang tidak objektif dan cenderung merugikan suatu golongan. Karena sekarang tidak boleh lagi pelarangan buku, bila ada persoalan dalam substansi penerbitan, hal itu dapat diselesaikan secara hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskerusuhan 27 Juli sangat mengerikan, banyak korban jiwa berjatuhan
BalasHapus